Sabtu, 29 Agustus 2015

Sejarah Dinasti Joseon

Setelah menonton banyak film dan serial drama saeguk Korea, saya sangat tertarik mengetahui lebih dalam tentang sejarah negara tersebut. Menelusuri sejarah negara ini tidak begitu sulit karena sejarah Korea telah didokumentasikan dengan sangat baik, arsip dan catatan sejarah mereka yang selamat dan tetap terjaga dengan baik, walaupun banyak juga yang hilang namun catatan sejarah kuno mereka yang selamat jauh lebih banyak daripada catatan sejarah kuno Indonesia yang selamat. Selain berusaha untuk membagi informasi tentang awal dan akhir dari dinasti ini, saya juga tertarik untuk membahas tentang peristiwa-peristiwa terkenal yang dicatat oleh sejarah yang telah terjadi di Korea selama dinasti ini memerintah.

Saya ingin fokus untuk membahas tentang dinasti Joseon, dinasti terakhir di Korea. Dinasti Joseon di-dahului oleh dinasti Goryeo. Adapun urutan kerajaan-kerajaan yang pernah memerintah di Korea adalah Gojoseon (walaupun keberadaannya telah terbukti ada namun catatan sejarah tentangnya masih sangat minim), Goguryeo, Baekje, Shilla, Balhae, Goryeo, dan Joseon.

Sedangkan era-era dan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di Korea adalah era Gojoseon, era Tiga Kerajaan (Goguryeo, Baekje, dan Shilla), era Shilla Bersatu (setelah Shilla dibawah pemerintahan Raja Taejong Muyeol, atau yang dikenal dengan nama Kim Chun-chu, bersama dengan jedral terkenal Shilla, Jendral Kim Yu-shi, menyerang dan mengalahkan dua kerajaan lainnya), Dinasti Goryeo, dan Dinasti Joseon.
Dinasti Joseon adalah dinasti terakhir yang memerintah Korea, dinasti ini memerintah Korea selama lebih dari 500 tahun dengan ibukota di Hanyang atau Seoul. 
Wilayah timur, barat, dan selatan Joseon adalah hampir sama dengan wilayah Korea Selatan dan Korea Utara jika digabungkan namun wilayah paling utara Joseon lebih jauh dari sekarang yaitu mencapai Sungai Yalu dan Duman setelah berhasil mengalahkan suku Jurchen. 
Joseon juga merupakan Dinasti yang menganut ajaran Kongfusius terlama didunia. 

Awal-mula 

Dinasti Joseon terbentuk pada tahun 1392 dan berakhir pada tahun 1897 dengan raja pertamanya adalah Raja Taejo. Dinasti pendahulunya adalah Dinasti Goryeo, dengan raja terakhir Goryeo yaitu Raja Gongyang. Dinasti Goryeo adalah awal mula nama Korea (Goryeo-Koryeo-Korea). Nama 'Korea' diberikan oleh orang asing karena mereka jauh lebih mengenal Goryeo ketimbang Joseon yang memilih melakukan politik isolasi. Keramik ciri khas Goryeo juga jauh lebih disukai ketimbang keramik-keramik Joseon, sehingga nama Goryeo lebih diingat oleh orang asing ketimbang nama Joseon.
Perselisihan antara Lee Seong Gye (kelak menjadi Raja Taejo) dengan dinasti Georyo adalah penyebab keruntuhan dinasti Goryeo, namun penyebab paling krusial saat itu adalah lemahnya kerajaan Goryeo saat itu yang berada dibawah pengaruh dinasti Yuan dari China. Semua kebijakan kerajaan harus disetujui oleh dinasti Yuan. Beberapa raja sebelum Raja Gongmin dari Georyo juga memerintah sewenang-wenang, dan ketidakstabilan politik akibat kudeta dan perebutan takhta semakin melemahkan dinasti Georyo sehingga terjadi ketidakpuasan rakyat dan juga dari kalangan bangsawan oposisi. 
Jika anda pernah menonton drama seri Korea berjudul FAITH yang dibintangi oleh Lee Min-ho dan juga film The Frozen Flower yang dibintangi oleh Jo In-sung, Song Ji-hyo, Jo Sang-mo, Song Joong-ki, dan Im Jung-hwan, maka anda dapat memperoleh sedikit informasi tentang periode akhir dari dinasti Goryeo. 
Para Raja Joseon, pada periode-periode awal selama satu abad pertama, 1392-1494 (urutan nomor disesuaikan dengan urutan raja tersebut sebagai raja Joseon): 

1. Raja Taejo


Raja Taejo dalam lukisan resmi kerajaan
Lahir pada bulan Oktober tahun 1335. Beliau merupakan pendiri dinasti Joseon yang bertahta pada tahun 1392-1398. Beliau lahir dengan nama Yi Seong Gye (lalu mengganti namanya menjadi Yi Dan) dan berasal dari klan Yi dari Jeonju. Ayah Yi Seong Gye adalah Yi Ja-chun merupakan orang Korea yang menjadi pejabat kecil Mongol. Yi Seong Gye bergabung dengan pasukan Goryeo dan berangsur-angsur naik pangkat dan menjadi jenderal. Yi Seong Gye mendapatkan kekuasaan dan kehormatan selama akhir tahun 1370 dan awal tahun 1380 dengan mengalahkan bekas-bekas pasukan Mongol keluar dari semenanjung Korea dan juga mengusir bajak laut Jepang.
Yi Seong Gye kemudian mengkudeta Raja U dari Goryeo dan menggantinya dengan Raja Chang (Putra Raja U) yang lalu diturunkan juga dari tahta, dan diganti dengan raja boneka lainnya yaitu Raja Gongyang, yang kemudian digulingkan juga olehnya pada tahun 1392. Yi Seong Gye mengangkat dirinya menjadi Raja baru dengan nama Raja Taejo dan mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Joseon (yang diambil dari nama kerajaan tertua di Korea yaitu Gojoseon), dan memindahkan ibukota dari Kaeseong ke Hanseong/Hanyang. 

Beliau diberi nama kuil, Taejo, dengan gelar berakhiran -jo karena dia bukan berasal dari keluarga kerajaan. Ada beberapa ketentuan dalam pemberial gelar pada raja-raja Joseon. Raja dengan gelar -jo menandakan bahwa dia bukan berasal dari keluarga raja, memiliki ibu seorang selir, ibunya berasal dari kalangan bangsawan rendah atau bahkan rakyat jelata, pernah dibuang keluar istana saat masih menjadi pangeran, dan sebagainya. Raja dengan gelar -jong menandakan bahwa dia adalah murni keturunan raja dan biasanya adalah putra dari Ratu, juga dia tidak pernah mengalami pengasingan. Inilah mengapa meskipun raja Injo tidak bergelar -jong namun putranya (raja Heonjong) diberikan gelar -jong. Dalam kasus lain yaitu keluarga raja Sukjong yang diberi nama kuil berakhiran -jong dan putranya, Raja Gyeongjong, juga diberi nama kuil berakhiran -jong (meskipun ibunya diturunkan dari jabatan ratu), namun putranya yang lain yang menggantikan Gyeongjong yaitu raja Yeonjo, diberi nama kuil berakhiran -jo karena ibu Yeonjo (Dong Yi) berasal dari rakyat jelata, demikian juga cucu Yeonjo, Raja Jeongjo, diberi nama kuil berakhiran -jo karena ibu beliau pernah dibuang keluar dari istana dan ayahnya, Putra Mahkota Sado dijatuhi hukuman mati.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di era Raja Taejo adalah: 
- Pengusiran keluarga kerajaan Goryeo yang kemudian sengaja ditenggelamkan dengan cara menabrakkan kapal berisi para anggota keluarga kerajaan ke karang. Ini pembantaian pertama di era Joseon. Cerita rakyat mengatakan, para anggota keluarga kerajaan Goryeo yang selamat akhirnya mengganti nama mereka dari Wang menjadi Ok (batu Jade), karena penulisan kedua nama itu dengan huruf kanji, hampir sama. 
- Pembunuhan sarjana terkenal, penyair dan negarawan Jeong Mong-ju yang tidak mau mengakui Taejo sebagai raja. 
- Pembunuhan Perdana Menteri Jo Do Hyeon dan dua putra Taejo dari mendiang Ratu Sindeok oleh putra Taejo lainnya, Yi Bang Won. Peristiwa ini dikenal dengan nama Perselisihan Pertama Para Pangeran. 
Taejo mengabdikasikan dirinya pada tahun 1398 karena syok oleh pertikaian putra-putranya. 
Raja Taejo wafat pada tanggal 24 Mei 1408 pada usia 73 tahun, di Istana Changdeok. Ia dimakamkan di Geonwonneung di kota Guri
Adapun film atau drama yang menampilkan Raja Taejo adalah Faith (hanya muncul sepintas saat dia masih anak-anak), drama Jeong Do-jeon (2014) dan beberapa film lain.
2. Raja Jeongjong
 
Raja Jeongjong lahir pada 1357 dengan nama Yi Bang Gwa (yang kemudian mengganti-nama menjadi Yi Gyeong). Ia merupakan putra kedua Raja Taejo, dan memerintah pada tahun 1399–1400. Ia merupakan seorang perwira militer yang bijaksana, murah hati, berani dan berbakat. Ia melarang adanya pasukan pribadi atas nasihat Yi Bangwon. 
Peristiwa yang terjadi pada jamannya adalah; 
- Pertikaian Kedua Para Pangeran, yaitu konflik antar kedua kakaknya yaitu Yi Bang Won dan Yi Bang Gan pada tahun 1400 yang berujung pada pembantaian. Pasukan Yi Bang-won menyerang dan mengalahkan pasukan Lee Bang-gan, dan Lee Bang-gan dikirim ke pengasingan bersama dengan keluarganya. Jenderal Bak Bo, yang menghasut Lee Bang-gan di eksekusi. 
- Raja Jeongjong juga sempat memindahkan kembali ibukota kerajaan pada 1399 ke Kaesong (bekas ibukota Kerajaan Goryeo). 
Raja Jeongjong kemudian menunjuk adiknya Yi Bang Won sebagai putra mahkota pada tahun 1400 dan mengabdikasikan dirinya beberapa hari kemudian. 
Ia wafat pada tahun 1419 di usia 62 tahun, dan dimakamkan di dekat Kaeseong.
3. Raja Taejong 


Raja Taejong lahir pada tahun 1367 dengan nama Yi Bang-won, dan bertahta pada tahun 1400-1418. Ia putra kelima Raja Taejo, dan memenuhi syarat sebagai seorang pejabat di Dinasti Goryeo pada tahun 1382. Ia dikirim ke Dinasti Ming Cina pada tahun 1388. Setelah keluar sebagai pemenang dalam konflik dengan salah satu kakaknya, Lee Bang Won di mahkotai sebagai putera mahkota dan di tahun yang sama yaitu tahun 1400, dia di angkat menjadi Raja menggantikan Raja Jeongjong. 
Salah satu tindakan pertamanya sebagai raja adalah menghapus hak-hak istimewa yang dinikmati oleh eselon atas pemerintah dan aristokrasi yang mempertahankan tentara swasta untuk mencegah para bangsawan melakukan pemberontakan besar-besaran. Sistem pemerintahan oleh Taejong adalah Sistem Monarki Absolut Terpusat. Semua keputusan yang disahkan oleh Dewan Negara hanya bisa terwujud dengan persetujuan raja demikian hal tersebut dapat membawa kekuasaan kerajaan ke tingkat baru. Ia menggalakkan Konfusianisme dan mengabaikan Buddhisme. Raja yang perkasa ini dikabarkan pernah terjatuh dari kuda dan menjadi sangat malu, sehingga memerintahkan para pencatat Sillok (catatan harian kerajaan) untuk tidak mencatat cerita itu, namun pencatat sillok tetap mencatatnya. 
Karya dan prestasi Taejong semasa pemerintahannya adalah: 
- Revisi undang-undang yang ada mengenai pajak kepemilikan tanah dan pencatatan subyek yang ada. Hal ini membuat pendapatan nasional meningkat dua kali lipat. 
- Pendirian Kantor Sinmun, untuk mendengar kasus-kasus di mana subyek yang dirugikan merasa bahwa mereka telah dieksploitasi atau diperlakukan secara tidak adil oleh para pejabat pemerintah atau oleh aristokrat
- Pendirian dan mendukung Uigeumbu, penjaga kerajaan dan polisi rahasia pada waktu yang sama. 
- Mempromosikan publikasi, perniagaan dan pendidikan. 
Peristiwa-peristiwa yang terjadi di zamannya adalah: 
- Penutupan kuil-kuil Budha yang didirikan oleh raja-raja Goryeo, dan penyitaan harta besar mereka lalu menambahkannya ke harta nasional. 
- Menganugerahi Jeong Mong-ju dengan gelar Anumerta Kanselir Kepala Negara yang setara dengan Perdana Menteri (meskipun ialah yang membunuh Jeong). 
- Penyerangan ke suku Jurchen di batas utara dan bajak laut Jepang di pantai selatan. 
- Invasi ke Pulau Tsushima pada tahun 1419. 
- Pengeksekusian ayah mertua putranya (bakal Raja Sejong), Shim On dan saudara laki-laki Shim oleh Taejong 
- Pembunuhan empat iparnya (saudara laki-laki Ratunya Won-gyeong), serta ipar putranya, Sejong, oleh Taejong. 
Pada tahun 1418, ia mengabdikasikan diri dan memberikan tahtanya kepada Sejong yang Agung namun tetap memerintah dibalik layar hingga kematiannya tahun 1422 di usia 52 tahun.
Drama yang menggambarkan Raja Taejong adalah Tears of the Dragon (1996), Raja Sejong yang Agung (2008, KBS), Tree With Deep Root, sedangkan film yang menggambarkan Raja Taejong dapat kita nonton melalui film I Am King yang dibintangi oleh aktor Jo Ji Hoon, Jo Ji Hoon memerankan calon Raja Sejong, putra Taejong. 

4. Raja Sejong Yang Agung 

Raja Sejong lahir pada 7 Mei 1397 dengan nama Yi Do, dan memerintah pada 1418-1450. 
Raja Sejong adalah penemu huruf Hangul. Hanya ada dua Raja yang memperoleh gelar Raja Agung yaitu Raja Gwanggaeto Yang Agung dari Goguryeo dan Raja Sejong Yang Agung. Saat berusia 12 tahun, ia bergelar Pangeran Besar Chungnyeong. Sejong dikenal sangat cerdas dalam berbagai bidang pelajaran sehingga lebih disayangi ayahandanya daripada kedua kakak lelakinya. Kakak-kakak Sejong yaitu Pangeran Yangnyeong dan Pangeran Hyoryeong berusaha menjadikan adiknya menjadi raja, jadi mereka berdua bersikap buruk di istana agar Raja tidak memilih mereka menjadi calon raja. Pangeran Yangnyeong keluar dari istana menjadi seorang pengelana dan tinggal di gunung. Sementara pangeran kedua memutuskan untuk menjadi seorang biksu di kuil di luar istana. Hal ini sangat ironis dengan keluarga Sejong mendatang, dimana putranya, Pangeran Suyang justru membantai saudara-saudaranya dan keponakannya dalam perebutan takhta dan menjadi Raja Sejo.

Pada bulan Agustus 1418, Raja Taejong turun tahta dan Sejong menggantikannya sebagai raja yang baru. Sejong adalah raja yang sangat bijaksana, Ia sangat berjasa terhadap pengembangan pertanian rakyat Joseon dengan mengizinkan para petani untuk membayar pajak lebih sedikit atau lebih banyak pada saat terjadinya kemunduran atau kemajuan ekonomi negara, karena hal ini, para petani dapat menghasilkan lebih banyak tanpa mengkhawatirkan pajak. Suatu saat pernah terjadi kelebihan makanan di istana dan Raja Sejong membagi-bagikan makanan itu kepada para petani dan rakyat miskin yang membutuhkan makanan. 
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jamannya adalah: 
- Ekspedisi Timur Gihae ke Tsushima untuk membasmi para perompak Jepang (Mei 1419). Sebanyak 700 perompak berhasil dibunuh, sementara 110 ditangkap dan 180 tentara Joseon tewas. Ada 140 orang Cina yang diculik berhasil dilepaskan.
- Daimyo Tsushima, Sadamori, menyatakan takluk kepada Joseon (September 1419). Perjanjian Gyehae disahkan tahun 1443, dimana Daimyo Tsushima mengakui kedaulatan Raja Joseon.
- Pada tahun 1433, Sejong mengirimkan Jenderal Kim Jong-seo, dalam invasi terhadap suku Jurchen. Invasi ini berhasil merebut beberapa benteng dan memperluas wilayah teritori, sekitar perbatasan Korea Utara dan Cina saat ini.
Adapun karya-karya dan prestasi Sejong selama pemerintahannya adalah: 
- Menciptakan huruf Hangul dan mengumumkannya dalam Hunminjeongeum (훈민정음), yang berarti "Kata-kata yang benar untuk diajarkan kepada rakyat."
- Membangun 4 buah benteng dan 6 buah pos di perbatasan utara untuk melindungi Joseon dari serangan suku barbar di Cina dan Manchuria.
- Pengembangan teknologi militer seperti meriam, senjata, panah dan roket yang menggunakan bahan bubuk mesiu.
- Membuat buku Nongsa Jikseol (buku mengenai pertanian ) pada tahun 1429 yang berisi pengajaran berbagai cara atau teknik bertani untuk berbagai daerah-daerah di negerinya.
- Penemuan desain jam air dan alat pengukur hujan pertama didunia pada tahun 1442 (oleh ilmuwan Jang Yeon-sil saat Raja Munjong masih menjadi Putra Mahkota dan menjadi penguasa de facto karena Sejong telah tua dan mulai sakit)
- Merombak sistem kalender Korea yang saat itu didasarkan pada garis lintang ibukota Cina dengan mengganti kalender yang didasarkan pada posisi utama garis lintang ibukota Joseon, Seoul, dengan bantuan para astronomisnya. Sistem baru ini membuat para astronomis dapat melakukan prediksi yang sangat tepat akan datangnya peristiwa gerhana matahari dan bulan.
- Sejong juga berjasa dalam bidang pengobatan tradisional Korea, dengan 2 karya penting yang ditulis pada masanya, yakni Hyangyak chipsŏngbang dan Ŭibang yuch'wi, yang membedakan cara pengobatan Cina dengan Korea.
- Mendirikan lembaga Jiphyeonjeon (Aula Orang Berjasa) pada tahun 1420 di Istana Gyeongbok untuk menunjuk para ilmuwan berbakat. Lembaga ini berpartisipasi dalam berbagai acara keilmuan dan pendidikan, termasuk penyusunan Hunmin Jeongeum, yang berisikan formula abjad hangeul.
- Menciptakan banyak karya sastra seperti: 
  -Yongbi Eocheon Ga ("Lagu dari Naga Terbang", 1445) 
  -Seokbo Sangjeol ("Episode dari Kehidupan Sang Buddha", Juli 1447) 
  -Worin Cheon-gang Jigok ("Nyanyian Bulan di Seribu Sungai", Juli 1447) 
  -Dongguk Jeong-un ("Kamus untuk Pengucapan Sino-Korea yang Benar", September 1447) 
Tokoh-tokoh terkenal yang hidup pada jamannya adalah: 
1. Jang Yeong-sil, seorang ilmuwan besar. Jang dikenal sebagai anak muda yang jenius walau memiliki status sosial rendah. Raja Sejong berencana memberikan Jang sebuah posisi di pemerintahan dan mendanai penelitiannya namun ditolak kalangan pejabat istana yang meragukan seseorang dari kelas bawah. 
2. Yi Sun-ji, pencipta Chiljeongsanoepyeon (buku almanak astronomi pertama Korea). Buku tersebut melukiskan pergerakan matahari dan bulan, fenomena gerhana matahari dan gerhana bulan, pergerakan dari 5 planet, dll. Selain itu, buku tersebut didasarkan pada tradisi ilmu astronomi Arab, sehingga hitungan satu tahun sama dengan 365 hari. Satu tahun dihitung sama dengan 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 45 detik, sehingga terasa sangat tepat sampai-sampai selisih data dari era ini hanya 1 detik saja. Melalui buku tersebut, standar ilmu astronomi Joseon mencapai standar paling tinggi bersama dengan astronomi Arab dan Cina pada waktu itu. Yi Sun-ji dinilai sebagai ahli astronomi yang membawa standar ilmu astronomi Korea ke taraf sedunia. Dia lancar menimba ilmu cara menghitung, dan setelah dia mengukur bagian tengah Semenanjung Korea yang berposisi pada garis 38 derajat lintang utara. Pada tahun 1459, Yi Sun-ji menerbitkan buku berjudul 'Gyosikchubobeop' yang menjelaskan cara menghitung gerhana matahari dan bulan dengan lebih mudah. Dia juga menerbitkan buku berjudul 'Cheonmunyucho' yang menangani berbagai fenomena meteorologi dan astronomi.

3. Kim Jong-seo, Jenderal termasyur yang menumpas para perompak Jepang dan mengalahkan suku Jurchen yang selalu mengganggu Joseon.

Sejong wafat pada usia 54 tahun dan dimakamkan di Makam Yeong pada tahun 1450.

Beberapa aktor yang memerankan raja Sejong

 Kehidupan Raja Sejong diangkat ke dalam layar drama sejarah yang diproduksi oleh KBS berjudul King Sejong the Great (Serial televisi) pada tahun 2008 dan dalam drama Tree With Deep Root (dibintangi oleh Song Joong-ki sebagai Raja Sejong muda dan Janghyuk), dalam film I Am A King dimana Raja Sejong diperankan oleh Joo Ji-hoon, dan dalam banyak drama dan film lainnya. 
5. Raja Munjong 
Beliau Lahir pada tahun 1414 dengan nama Yi Hyang, yang memimpin Joseon tahun 1450-1452. Ia adalah putra tertua Raja Sejong yang Agung
Prestasi Raja Munjong adalah menemukan tingkat ukuran air di tanah semasa beliau masih menjadi pangeran. Hampir seluruh dari prestasi Munjong dilakukan pada saat ia masih menjadi pangeran. 
Beliau meninggal karena wabah pada tahun 1450 di usia yang cukup muda, 38 tahun. 
Beberapa aktor yang memerankan raja Munjong
Drama The Princess's Man dan Queen Insoo sempat menceritakan masa-masa pemerintahan Raja Munjong. Raja Munjong juga adalah tokoh raja dalam film The Face Reader (2012) yang dibintangi oleh Song Kang-ho, Lee Jong-suk, dan Kim Tae-woo (sebagai Raja Munjong)


6. Raja Danjong 
Lahir pada tahun 1441 dengan nama Yi Hong-wi, dan bertahta pada tahun 1452–1455. Ia menggantikan ayahnya, Munjong, pada usia 12 tahun. Karena ia terlalu muda untuk memerintah, pemerintahan di kerajaan jatuh ke tangan perdana menteri, Hwangbo In, dan wakilnya, Jenderal Kim Jongseo. Danjong memerintah di era yang sarat konflik antar keluarga kerajaan dan termasuk era yang paling berdarah dalam sejarah Joseon. Pada tahun 1453, dia digulingkan oleh sebuah kudeta yang dipimpin oleh pamannya, Pangeran Besar Suyang (bakal Raja Sejo), yang membujuk sejumlah sarjana dan pejabat yang bekerja di istana Raja Sejong Yang Agung untuk mendukung tuntutannya atas tahta. 
Peristiwa yang terjadi pada jamannya adalah: 
- Pembunuhan Hwangbo In dan Kim Jongseo serta faksinya di bulan Oktober 1453, yang dibunuh di depan pintu gerbang Istana Gyeongbok
Tokoh-tokoh yang terkenal pada jamannya adalah: 
- Jendral Kim Jong-seo, seorang jendral senior sejak jaman Raja Sejong 
- Seong Sam-mun, sarjana dan pejabat senior sejak era Sejong yang berjasa dalam penyusunan Hunmin Jeongeum
Pada tahun 1455 Danjong dipaksa untuk mengabdikasikan dirinya dan dibuang kepengasingan, juga gelarnya di lucuti, dan kemudian dipanggil sebagai "Pangeran Nosan". Karena dianggap ia akan terus mendatangkan ancaman, Sejo kemudian menerima nasihat menteri istana untuk membinasakan Danjong. Danjong dibunuh di rumahnya pengasingan pada tahun 1457. Pembunuh bayaran yang dikirim Sejo mengunci kamar tidur Danjong dan membuat kamar tersebut menjadi sangat panas sehingga membakar Danjong sampai mati. Danjong wafat di usia 16 tahun. 
Di masa pemerintahan Raja Sukjong, para sarjana di istananya mengusulkan untuk mengembalikan gelarnya, dan pada tahun 1698, Pangeran Nosan yang diasingkan itu diberikan gelar anumerta "Danjong", dan kemudian disebut sebagai Raja Danjong. Pemulihan nama baik juga dilakukan kepada para pejabat Sayuksin.
Beberapa aktor yang memerankan raja Danjong
Kisah tentang Raja Munjong dan Raja Danjong jarang ditemui dalam serial drama atau film karena masa pemerintahan mereka yang sangat singkat namun anda dapat memperoleh sedikit gambaran tentang kedua raja ini dalam serial drama PRINCESS MAN yang dibintangi oleh Park Si Hoo. Drama Queen Insoo sempat menceritakan masa-masa pemerintahan Raja.

Raja Danjong juga sempat muncul dalam film The Face Reader (2012) yang dibintangi oleh Song Kang-ho, Lee Jong-suk, dan Kim Tae-woo. Semua drama yang menceritakan tentang Raja Danjong pastilah menggambarkan raja ini sebagai raja cilik yang bernasib tragis dan menyedihkan, oleh karena itu pemeran Raja Danjong harus lah seorang aktor cilik yang mampu berakting dengan sangat baik. Uniknya, pemeran raja Danjong dalam film The Face Reader dan drama Queen Insoo diperankan oleh orang yang sama, aktor muda Chae Sang-woo.

7. Raja Sejo 
Lahir pada tahun 1417 sebagai Yi Yu, putra kedua Raja Sejong yang Agung. Raja Sejo adalah gambaran Raja Taejong di era setelah Raja Sejong yang paling mirip. Tangan dan takhtanya dipenuhi oleh darah para saudaranya dan oposisinya. Ia hebat dalam memanah, menunggang kuda dan bela diri, juga merupakan seorang komandan militer yang cerdas, meskipun ia sendiri tak pernah berada di barisan terdepan pada saat berperang. Ia diangkat menjadi Pangeran Besar Suyang pada tahun 1428. Suyang mengelilingi dirinya sendiri dengan sekutu yang terpercaya, termasuk penasehatnya yang terkenal Han Myeong-hoe, yang menganjurkan Suyang untuk mengambil alih pemerintahan melalui kudeta. Pada tahun 1455, ia memaksa Raja Danjong yang masih belia dan tak berdaya untuk mengabdikasikan diri, dan kemudian mengambil alih tahta. Ia mengkukuhkan monarki dengan melemahkan kekuasaan perdana menteri dan mengangkat staf langsung di bawah kontrol raja. Ia juga menguatkan dan mengadopsi sistem administratif era Taejong yang memungkinkan pemerintah untuk menentukan jumlah populasi yang tepat dan efektif untuk memobilisasikan pasukan secara efektif. 
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jamannya adalah: 
- Kudeta terhadap Raja Danjong, Ia menurunkan gelar Danjong menjadi pangeran dan memerintahkannya untuk dibunuh.
- Pengasingan saudara kandungnya Pangeran Anpyong, yang kemudian dieksekusinya.
Pemicu dari kejadian ini adalah karena Pangeran Anpyong berusaha mengembalikan Raja Danjong ke takhtanya.
- Pembunuhan adik kandungnya, Pangeran Besar Geumsung oleh Sejo.
Sama seperti Pangeran Anpyong yang berusaha mengembalikan Raja Danjong ke takhtanya, Pangeran Geumsung juga berusaha melakukan hal sehingga dia ditangkap oleh Raja Sejo dan dieksekusi.

- Kematian pewaris Sejo, Putra Mahkota Uigyeong karena sakit.
Pangeran Dowon atau Putra Mahkota Uigyeong meninggal ditahun ketiga pemerintahan Sejo. Rakyat Joseon Joseon menganggap kematiannya sebagai kutukan pada keluarga Raja Sejo karena membunuh raja terdahulu dan juga membunuh saudara-saudara kandungnya. Putra Mahkota Uigyeong adalah salah satu dari Para Putra Mahkota Joseon yang tidak pernah naik takhta.
- Pembunuhan para sarjana dan para pejabat Sayuksin, yaitu pembantaian besar-besaran para pendukung raja pada tahun 1456, termasuk enam pejabat kerajaan (Seong Sam-mun, Park Jung-rim, Park Paeng-nyeon, Yu Eung-bu, Kwon Ja-shin, dan Yi Gae) yang berupaya untuk mengembalikan Danjong ke takhtanya. Tetapi, upaya itu tidak berhasil dan mereka semua yang terlibat dalam rencana tersebut mendapat hukuman mati atau ada yang melakukan bunuh diri. Keenam pejabat setia itu dikenal sebagai Sayuksin yang berarti enam pejabat martir.
- Invasi ke Jurchen di bagian depan utara pada tahun 1460 dan 1467. 
Walaupun memerintah secara otoriter, Sejo mencatat banyak prestasi, yaitu: 
- Revisi aturan-aturan dasar untuk meningkatkan perekonomian nasional. 
- Publikasi buku-buku sejarah, ekonomi, pertanian, dan agama. 
- Mengkompilasi kode besar untuk administrasi negara, yang menjadi landasan pemerintahan dinasti dan menyediakan bentuk pertama hukum konstitusional di dalam bentuk tertulis di Korea.

Raja Sejo merupakan tokoh yang karakter nyaris sama persis dengan Raja Taejong, mereka berdua sangat ambisius dan mampu menghabisi saudara-saudara kandung mereka dan mampu menurunkan raja yang sah, inilah mengapa sang pembaca wajah (Song Kang-ho) dalam film The Face Reader harus melihat lukisan potret raja Taejong untuk menemukan siapa saudara-saudara raja Munjong yang akan memberontak dan mampu membunuh saudara-saudaranya.

14 tahun setelah menjadi raja melalui kudeta, Raja Sejo kemudian jatuh sakit. Dia mulai diserang penyakit dan dihantui oleh rasa bersalah yang teramat dalam akibat pembantaian-pembantaian yang dilakukannya. Dia dihantui oleh kematian saudara-saudara kandungnya yang dibunuhnya, juga banyaknya rakyat dan sarjana yang ikut dibunuh, termasuk raja muda Danjong yang mengalami kematian yang mengenaskan. Raja Sejo lalu menjadi penganut Budha yang taat, kemudian dia juga bertobat dari kejahatan-kejahatan yang dilakukannya. Beberapa hari setelah membebaskan orang-orang yang ditahan dan dijadikan budak akibat konflik perebutan tahta dan kekuasaan dimasa lalu, Raja Sejo mendadak meninggal dunia. Ia wafat pada tahun 1468 diusia 51 tahun, dan tahta diwariskan kepada putranya yang lemah, Yejong.

17 tahun setelah kematian Sejo, penasehat-nya yang terkenal dan berperan penting dalam kudeta terhadap Raja Danjong, Han Myeong-hoe, dituduh terlibat dalam pembunuhan ibu kandung dari Yeonsan-gun, jasad dari Han Myeong-hoe digali kembali dari kuburnya dan kepalanya dipenggal. 

Beberapa aktor yang memerankan raja Sejo

Drama Queen Insoo menceritakan masa-masa pemerintahan Raja Sejo dan juga beberapa tokoh raja sebelum dan  sesudah Sejo. Drama Queen Insoo juga mengkisahkan tentang Putera Mahkota Uigyeong. Pangeran Uigyeong (Pangeran Dowon) adalah ayah dari Raja Seongjong dan kakek dari Raja Yeonsan-gun yang tiran.

Kisah tentang Raja Sejo dan pembantaian-pembantaian yang pernah dia lakukan dapat kita tonton dalam serial drama PRINCESS MAN. Raja Sejo juga diceritakan sebagai Pangeran Suyang dalam film The Face Reader (2012) yang dibintangi oleh Song Kang-ho, Lee Jong-suk, dan Kim Tae-woo. 

8. Raja Yejong 
Ia adalah putra kedua Raja Sejo yang lahir pada tahun 1450 dengan nama Yi Gwang. Ia menggantikan ayahnya, Raja Sejo pada tahun 1468. Nama resminya adalah Pangeran Haeyang. Ia diangkat sebagai putra mahkota ketika ia berusia 8 tahun, setelah kakaknya, Putra Mahkota Uigyeong, meninggal mendadak. Pada tahun 1468, ketika ia berusia 19 tahun, ayahnya Sejo menyerahkan tahta kepadanya, namun karena ia masih belum berusia 20 tahun dan lemah fisiknya semenjak ia kecil, Ratu Jeonghee, yang merupakan ibu Yejong, memerintah negara sebagai walinya. Menurut catatan di era ini, keputusan politik diambil oleh Ratu dengan tiga subyek yang dipilih oleh Raja Sejo. 
Meskipun masa pemerintahannya hanya 14 bulan, beberapa insiden telah terjadi. Peristiwa-peristiwa terkenal pada masa pemerintahannya adalah: 
- Sidang dan kematian Jenderal Nam-I pada tahun 1468. Penghianatan Nam I sungguh memengaruhi politik Joseon. Nam-I terkenal telah meredakan pemberontakan Yi Si-ae bersama dengan Jenderal Gang-Sun dan lainnya namun seorang menteri yang bernama Yu Ja-gwang yang iri dengan Nam-I menuduhnya telah berkhianat. Yu dan Menteri Gang Sun memulai sebuah sidang yang disaksikan oleh raja sendiri. Jendral Nam-I ditetapkan bersalah dan dieksekusi. 
- Pelarangan segala perdagangan dengan Jepang pada tahun 1469, sebagai akibat dari kasus Jendral Nam-I. 
Namun masa pemerintahan Raja Yejong yang singkat memiliki prestasi yaitu ia menjamin hak para petani biasa untuk mengkultivasi tanah yang aslinya milik militer. 
Ia wafat di-usia 20 tahun. Makamnya berlokasi di Goyang, Gyeonggido, Korea Selatan dengan beberapa makam raja-raja dan ratu-ratu yang lainnya. Setelah kematiannya, takhta tidak diwariskan kepada putra Yejong, melainkan kepada putra kakak-nya, Putra Mahkota Uigyeong.

Dia sempat diceritakan dalam drama Princess's Man dan Queen Insoo.
9. Raja Seongjong 
Raja Seongjong dalam lukisan resmi kerajaan

Beliau lahir pada tahun 1457 dengan nama Yi Hyeol dan merupakan raja kesembilan Dinasti Joseon. Ia menggantikan Raja Yejong pada tahun 1469 diusia 13 tahun dan memerintah sampai tahun 1494. Ia adalah cucu Raja Sejo dan keponakan dari Raja Yejong , dan putra dari Putra Mahkota Uigyeong. Ratu Jeonghui, neneknya, memerintah negara sebagai walinya, bersama dengan ibu raja, Ratu Inseo (yang suaminya sebenarnya tidak pernah menjadi raja) karena ia masih terlalu muda untuk memerintah. Pada tahun 1476, di usianya yang ke-20 tahun, ia mulai memerintah atas namanya sendiri. Pemerintahannya ditandai oleh kemakmuran dan perkembangan ekonomi nasional, dengan menerapkan undang-undang era Raja Taejong, Sejong, dan Sejo. Ia adalah seorang seniman dan sarjana, dan suka berdebat tentang politik, dimana pengetahuannya lebih baik dari para sarjana liberal. Ia mendukung para sarjana untuk mempublikasikan sejumlah buku tentang geografi dan etiket sosial, misalnya, serta bidang-bidang pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat. 
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya adalah: 
- Kampanye militer melawan Jurchen di perbatasan utara pada tahun 1491 yang dipimpin oleh Jenderal Heo Jong, dan berhasil mengalahkan Jurchen yang dipimpin oleh Udige (yang mundur ke arah utara Amrokgang).
- Kematian Ratu Gonghye (permaisuri raja)
- Pengangkatan Lady Yoon sebagai ratu baru pada tahun 1476 dengan gelar Ratu Jeheon, ia adalah ibu dari Yeonsan-gun.
- Salah satu selir Raja diracun oleh Ratu Jeheon pada tahun 1477.
Hanya ada satu noda dari Raja Seongjong yaitu Lady Yoon yang biasanya dikenal sebagai Ratu Jeheon. Dia adalah ratu yang temperamental dan suka mencemburui para selir raja yang lain.
- Pada tahun 1479, Ratu Jeheon diasingkan atas perintah ibunda raja, Rati Inso, karena ulah Ratu Jeheon yang berusaha menyerang raja hingga menyebabkan raja terluka.
- Ratu Jeheon di eksekusi.
Beberapa usaha dilakukan untuk mengembalikan Ratu yang diasingkan kembali ke posisinya di istana, sehingga pejabat pemerintah mengeluarkan petisi agar ia dieksekusi dengan minum racun. Peristiwa ini merupakan sumber bencana bagi rakyat Joseon selama 12 tahun pada masa pemerintahan putra Lady Yoon, Raja Yeonsan-gun, yang tiran. 
Prestasi-prestasi pada jamannya adalah: 
- Penyelesaian dan pemberlakuan Kode Hukum (tahun 1474), yang pertama kali diperintahkan oleh Raja Sejo. Seongjong juga memerintahkan revisi dan peningkatan atas kode tersebut.
- Mengembangkan secara besar Hongmungwan , perpustakaan kerajaan dan dewan penasehat raja secara bersamaan, dan menguatkan yang dinamakan Tiga Kantor (Hongmungwan, Kantor Inspektur Umum, Kantor Sensor) sebagai pemeriksaan dan pengimbangan di istana kerajaan.
- Untuk yang pertama kalinya sejak Raja Sejong, ia membawa banyak sarjana liberal Konfusianisme ke istananya, yang pandangan politiknya menentang para pejabat yang konservatif yang membantu Raja Sejo berkuasa sehingga membuat pemerintahannya lebih efektif dengan menunjuk administratif yang handal tanpa memperdulikan pandangan politik mereka. Ia mendukung para sarjana untuk mempublikasikan sejumlah buku tentang geografi dan etiket sosial, misalnya, serta bidang-bidang pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat. 
Raja Seongjong wafat pada tahun 1494 diusia yang relatif muda, 37 tahun. 
Ia diceritakan di dalam drama The King and I (2008) dan Dae Jang Geum, juga sempat muncul dalam drama Queen Insoo




14 komentar:

  1. Thanks info nya..sbg penggemar drama korea klasik informasi ini sangat membantu memahami alur cerita

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Dear Admin,
    Kami mendapat input dari komentator blog kami bahwa artikel ini sangat mirip dengan artikel yang kami terbitkan yaitu artikel DINASTI JOSEON PERIODE AWAL

    Karena isi, gaya, dan underline-nya persis sama, kami minta agar admin mencantumkan kalimat:
    "Isi artikel ini disadur (ditulis ulang) dari artikel DINASTI JOSEON PERIODE AWAL yang diterbitkan oleh DELEIGEVEN MEDIA "

    Kalimat itu sudah kami cantumkan di kolom Pedoman Pembaca jika ada pembaca yang ingin menggunakan isi artikel kami dalam berbagai tulisan (lihat paling bawah di tiap artikel blog kami).

    Peraturan ini kami terapkan karena artikel-artikel kami adalah artikel ilmiah yang tiap artikelnya kami susun TIDAK DENGAN MENJIPLAK tulisan lain, melainkan mengumpulkan data dari berbagai sumber, riset, dan bahkan wawancara, oleh karena itu kami tahu persis isi dan gaya penyusunan artikel kami.

    Jika ada artikel yang kami tulis ulang dari artikel lain maka KAMI MENCANTUMKAN SUMBER DITIAP KALIMAT YANG KAMI SADUR, atau kata-kata yang jelas bahwa artikel itu adalah artikel saduran, juga kronologi mengapa kami harus menyadur 99% dari artikel lain. Kami juga mencantumkan sumber dan hak cipta gambar yang kami gunakan.

    Kami rasa peraturan ini mudah jadi kami harap permintaan kami diperhatikan, dan agar admin memperhatikan etika penyusunan dan penerbitan tulisan, terutama tulisan-tulisan ilmiah.

    Terima Kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget nih. Barusan lg searching sejarah joseon, dari google muncul link ini, dan pas liat artikel ini, kok gaya bahasa dan isinya sangat mirip dengan info yang saya dapat dari "deleigeven media" di blognya. Sesama penulis blog diharapkan bisa saling menghargai karya cipta dan usaha dari pembuat blog dengan mencantumkan sumber apabila mengambil data/isi dari suatu sumber seperti website/blog sekalipun. Coba penulis bisa mencantumkan sumber dari "deleigeven media", agar terlihat bahwa anda sebagai penulis blog yang bisa menghargai orang lain dan terlihat profesional dalam menulis blog/membuat suatu artikel. Terima kasih.

      Hapus
    2. Betul banget nih. Barusan lg searching sejarah joseon, dari google muncul link ini, dan pas liat artikel ini, kok gaya bahasa dan isinya sangat mirip dengan info yang saya dapat dari "deleigeven media" di blognya. Sesama penulis blog diharapkan bisa saling menghargai karya cipta dan usaha dari pembuat blog dengan mencantumkan sumber apabila mengambil data/isi dari suatu sumber seperti website/blog sekalipun. Coba penulis bisa mencantumkan sumber dari "deleigeven media", agar terlihat bahwa anda sebagai penulis blog yang bisa menghargai orang lain dan terlihat profesional dalam menulis blog/membuat suatu artikel. Terima kasih.

      Hapus
  4. Ka saya nonton k-drama ruler master of the mask. Itu mengangkat cerita asli atau tidak?... kalau asli pada masa peminpinan siapa cerita itu di angkat?

    BalasHapus
  5. Keterangan raja selanjutnya mana ya ?

    BalasHapus
  6. Runtuhnya dinasti goryeo dan munculnya dinasti joseon bisa ditonton di film six flying dragons

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Kalau drama 100 days my prince itu raja yg manaa

    BalasHapus